Kamis, 17 November 2011

Cara mendupai yang tepat itu bagaimana?

Sesudah mengisi pedupaan, imam memberkatinya dengan membuat tanda salib di atasnya, tanpa mengatakan apa-apa.

Sebelum dan sesudah pendupaan, petugas membungkuk khidmat ke arah orang atau barang yang didupai, kecuali dalam pendupaan altar dan bahan persembahan untuk Ekaristi.
Pendupaan dilaksanakan dengan mengayunkan pedupaan ke depan dan ke belakang.... See More

Pedupaan diayunkan tiga kali untuk penghormatan: (a) Sakramen Mahakudus, relikui salib suci dan patung Tuhan yang dipajang untuk dihormati secara publik; (b) bahan persembahan; (c) salb altar, Kitab injil, lilin paskah, imam dan jemaat.

Pedupaan diayunkan dua kali untuk penghormatan: relikui dan patung orang kudus yang dipajang untuk dihormati secara publik. Semua ini didupai hanya pada awal perayaan Ekaristi sesudah pendupaan altar.

Altar didupai dengan serangkaian ayunan tunggal sebagai berikut :
a. Kalau altar berdiri sendiri, imam mendupai altar sambil mengelilinginya.
b. Kalau altar melekat pada dinding, maka imam mendupai sambil berjalan ke sisi kanan lalu ke sisi kirinya.

Kalau ada salib di atas atau di dekat altar, maka salib itu didupai sebelum altar. Atau, imam mendupai salib pada saat ia melintas di depannya.
Sebelum mendupai salib dan altar, imam mendupai bahan persembahan dengan mengayunkan pedupaan tiga kali atau dengan membuat tanda salib dengan pedupaan di atas bahan persembahan.

Apa yang dimaksud satu ayunan? Rubik 1962 bisa mengisi kekosongan ini.
Satu ayunan adalah satu kali:
1. Pendupaan diangkat dari sisi pemegang ke depan dada.
2. Pendupaan di goyangkan seperti pendulum ke arah obyek/orang yang diberkati. Biasanya ini paling jelas karena kedengaran bunyi "crik" karena suara rantai bergesek.
3. Lalu diturunkan.
Gerakan ini membentuk satu ayunan.

Menurut Rubik 1962, gerakan nomor 2 dilakukan 2 kali (disebut 'Ductus'), kecuali untuk Altar, 1 kali, karena Altar didupai dengan mengelilinginya dan selama berjalan pendupaan terus digoyangkan.

Jadi ketika mendupai Sakramen Mahakudus misalnya:
1. Angkat pendupaan sampai sekitar dada atau agak lebih tinggi lagi.
2. Goyangkan 2x (crik - crik).
3. Turunkan.
Gerakan 1 - 3 diulangi sampai 3x.

Pertanyaan lain :

apakah ketiika melayani Putra Altar harus membuka alas kaki (sandal/sepatu) atau tidak, yang terjadi di Paroki kami, Para Putra Altar diwajibkan membuka alas kaki ketika melayani...

PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Soal alas kaki bagi misdinar, tidak ada larangan. Yang perlu diperhatikan adalah kepantasan. Contoh sederhana: penggunaan sandal jepit adalah tidak layak untuk melayani altar.

NB.
(a) Mungkin pembimbing misdinar di tempat yang dilarang pakai sepatu, pernah ditegur pastornya karena ada misdinar yang pakai sandal saja, lalu demi keseragaman akhirnya semua copot alas kaki. ... See More
Untuk menghindari itu dan menghargai Ekaristi kudus, maka baik kalau dilatihkan bahwa yang akan bertugas misdinar dianjurkan pakai sepatu, dan bukan sandal.

Tidak ada komentar: