Senin, 17 Oktober 2011

Catatan bagi Misdinar

Pendahuluan:

Bagi para  pelayan altar (misdinar, akolit); Anda telah diberi hak paling istimewa untuk melayani misteri Kurban Kudus Misa di altar Tuhan, di mana Gereja mempersembahkan-Nya kepada Allah, secara publik atas umat semuanya, kurban yang sebagaimana dikehendaki oleh Allah.
Pada jaman dulu, hanya akolit yang ditahbiskan (klerus tahbisan minor) yang merupakan salah satu tahap menuju imamat, yang diijinkan untuk melayani imam di misa kudus.
Kini, karena tahbisan mibor itu sudah tidak ada lagi, maka tugas ini kebanyakan diserahkan kepada awam.
Sebagai misdinar, Anda harus mencerminkan sikap yang sama sebagaimana imam merayakan Misa Kudus.
Anda harus melakukan tugas liturgi ini dengan, “terhormat, penuh perhatian, dan sepenuh hati”;  dengan sikap yang pantas, layak, dan saleh, baik dalam tubuh, pikiran dan hati.
Tugas suci Anda sekalian membutuhkan penghormatan mendalam terhadap area suci di altar dan sakristi, perhatian mendalam terhadap tugas, dan persiapan dengan penuh semangat untuk kelancaran tugas liturgi Anda.

Kebanggaan:

Anda harus selalu berskap dengan layak di posisi Anda, entah sebagai akolit 1 atau akolit 2 (yakni yang ada di samping imam saat konsekrasi), atau pembawa lilin (torch bearer), pembawa salib (cross bearer), pembawa wiruk dan dupanya (thurible & boat bearer), maupun yang bertugas mempersiapkan bara api di luar sakristi.
Posisi dan tugas Anda sekalian begitu istimewanya, bahkan bahkan para malaikat di surga tidak pernah bisa memiliki privilege melakukannya.

Mendidik umat lewat teladan:

Jadi jika Anda melayani dengan penuh perhatian dan pengabdian, Anda sama dengan telah mendidik umat, yang saat ini memandang kalian-kalian sebagai teladan untuk disposisi yang tepat -baik sikap tubuh, maupun perilaku di kehidupan sehari-hari- sehingga umat terbantu saat menghadiri Misa.
Tapi, jika Anda melakukan tugas dengan tergesa-gesa, cerobohan, dan kurang perhatian terhadap detail dsb, Anda akan menurunkan derajat dan penilaian terhadap “Sakramen yang paling indah ini sisi Surga, ” Tuhan Yang Maha Kuasa yang hadir dalam Kurban Kudus Misa, Tubuh, Jiwa, Hati dan Keilahian-Nya.

Menjaga Sikap:

Di sekitar dan di dalam gereja, di sakristi, dan terutama di sekitaraltar, Anda harus menunjukkan dengan sikap Anda kekudusan tugas yang Anda lakukan.
Bahkan kebersihan tubuh luar Anda harus menjadi tanda kemurnian interior hati Anda.
Anda harus, menghindari kesembronoan apapun, sikap tidak hormat, dan berbicara hal yang tidak perlu di hadapan Tuhan kita di Sakramen Mahakudus. Di sakristi sebelum Misa, ketika menanti prosesi ke altar, Anda harus menyiapkan pikiran dan hati untuk tugas-tugas suci yang akan dilakukan.
Di altar gerakan Anda harus menjadi penuh hormat dan berwibawa, dan tidak tergesa-gesa.

Vestimentum:

Vestimentum yang Anda pakai, yakni jubah (cassock) dan superply (surplice) adalah benar-benar vestimentum seorang klerus (akolit, tahbisan minor) yang dengan pengecualian maka orang-orang awam tertentu diijinkan untuk mengenakannya saat melayani di Altar.

Doa:
Anda harus selalu memulai dengan doa saat mengenakannya, dengan doa berikut ini:
Untuk jubah (cassock) ini:
Dominus, pars meae haereditatis, et calicis mei:
tu es, qui restitues hereditatem meam mihi.
Ya Tuhan, bagian dari warisanku, dan pialaku:
Engkau adalah Dia yang akan mengembalikan warisan untuk-ku.

Untuk superply (surplice) ini:

Indue me, Domine, novum hominem, qui secundum Deum creatus est in iustitia et sanctitate veritatis.  Amen.
Anugerahilah aku, ya Tuhan, sebagai manusia baru, yang diciptakan oleh Allah dalam keadilan, kekudusan dan kebenaran. Amin.

Misdinar yang melayani dengan baik, dan sikap hormat yang mendalam adalah salah satu pendorong tanggapan kepada panggilan imamat.
Anda harus renungkan itu, dan ambil sebagai tanggung jawab baik untuk diri sendiri, maupun adik-adik yang akan meneruskan tugas Anda nantinya.
Di sisi lain, misdinar yang ceroboh bisa juga menjadi penyebab kegagalan jiwa untuk datang kepada iman.
Penyair Perancis, Paul Claudel, dipanggil menjadi Katolik ketika ia mengamati sikap hormat dari misdinar-misdinar di sekitar altar, di Katedral Notre Dame.
“Itu adalah puisi yang sangat megah dan mendalam, ditambah dengan sikap yang sangat agung yang pernah dilakukan oleh umat manusia. Aku selalu tidak pernah bisa mengenyangkan diriku dengan melihat Misa.

sumber Google

Tidak ada komentar: